Beranda » Sejarah » Sejarah Batin Mangunang Pahlawan dari Kota Agung
Sejarah Batin Mangunang

Sejarah Batin Mangunang Pahlawan dari Kota Agung

Anda sudah pernah ke Kota Agung? Daerah ini terletak di Kabupaten Tanggamus dan merupakan ibu kota kabupaten tersebut. Kota Agung juga tidak luput dari penjajahan Belanda. Tepatnya, Belanda mulai memasuki Kota Agung di tahun 1800-an. Perlawanan rakyat saat itu dipimpin oleh seorang bernama Batin Mangunang. Ketahui sejarah Batin Mangunang melalui tulisan ini.

Siapakah Batin Mangunang?

Memiliki nama lengkap Raja Kiang Negara, anak Raja Dipati berputera Raja Mangku Negara. Ketika masih kecil, orang-orang lebih mengenalnya dengan nama Sabit. Kemudian ketika menjadi kepala marga, gelarnya adalah Dalom Urak Belang.

Usianya saat itu sudah tidak lagi muda, sekitar 40 tahun. Saat Belanda datang ke daerah tempat tinggalnya, ia menolak keras untuk tunduk pada Belanda. Bersama pengikutnya yang sebagian besar terdiri dari petani dan pemuda, ia melakukan perlawanan terhadap Belanda. Karena merupakan tokoh adat, masyarakat sekitar tentu segan padanya. Hal ini yang menjadi modal untuk mengumpulkan rakyat dalam penolakan perampasan atas hasil bumi mereka sendiri.

Diawali dengan hanya sekitar sepuluh pengikut, lambat laun jumlahnya semakin bertambah. Perjuangannya tidak hanya di wilayah Teluk Semangka, namun juga sampai ke wilayah Telukbetung (sekarang menjadi bagian Bandarlampung).

Ketahui Juga : Sejarah Kota Bandar Lampung Sebagai Ibukota Provinsi

Memasuki bulan Januari 1828, iring-iringan tentara Belanda memasuki perkampungan Semangka. Tujuannya satu, mencari seorang yang disebut pemberontak. Mereka memeriksa semua rumah penduduk dan ketua adat diminta mencari orang tersebut. Ya, Belanda memang berniat ‘memusnahkan’ orang yang mereka sebut pemberontak itu.

Ketika terjadi perang di Telukbetung pada awal Januari, banyak pemuda yang menyebut-nyebut nama Batin Mangunang dari Teluk Semangka. Saat itu mereka berperang melawan Belanda di Telukbetung yang dipimpin oleh Letnan Misonius.

Setelah perang tersebut usai, Letnan Misonius memerintahkan bawahannya bernama Letnan Gestetner dan pasukannya untuk mencari Batin Mangunang. Pencarian diperintahkan sampai ke daerah Teluk Semangka.

Memasuki bulan Februari, Batin Mangunang dan pengikutnya bersiap melintas ke Bandar Burnai untuk melawan Letnan Gestetner dan pasukannya. Mereka membuat benteng pertahanan di sekitar Bandar Burnai. Di sepanjang jalan Teluk Semangka, diletakkan banyak jebakan dan ranjau.

Perlawanan itu baru terjadi ketika memasuki bulan Maret 1828. Banyak sekali prajurit Belanda yang terjebak oleh perlawanan dari rakyat tersebut. Untuk itu, Letnan Gestetner meminta pasukan tambahan untuk meredam perlawanan. Kemudian diutuslah seorang sersan untuk menangkap Batin Mangunang dan menghentikan perlawanan yang semakin menyulitkan.

Strategi yang digunakan Belanda adalah dengan membujuk ketua adat yang lain bernama Batin Binawang. Mereka membujuk Batin Binawang supaya mau bekerja sama untuk menghentikan pergerakan dari Batin Mangunang.

Lalu pada serangan yang terjadi di Pantai Tanjungan, pasukan Belanda justru terdesak. Sejak hari itu, semua kepala desa dan rakyat turun langsung untuk melawan pasukan Belanda. Karena  ada beberapa tokoh adat yang bekerja sama dengan Belanda, pasukan Batin Mangunang mulai terpecah. Meski begitu, ia dan pengikut setianya tetap melakukan gerilya.

Di tahun 1830, Gubernur Jenderal Belanda menerbitkan surat keputusan untuk melakukan ekspedisi militer ke semua wilayah Lampung. Hal ini membuat terjadi pertempuran di berbagai tempat.

Kemudian menjelang Agustus 1831, dilakukan pemberangkatan ekspedisi ke Teluk Semangka dari Telukbetung yang dipimpin Kapten Hoffman. Untuk meredam perlawanan, awalnya mereka mengajak Batin Mangunang bernegosiasi namun tidak berhasil.

Pencarian terus dilakukan hingga ke wilayah Negara Ratu, Teratas Tumbai, hingga Gunung Tanggamus. Di lereng gunung tersebut, dibuatlah banyak jebakan dan ranjau oleh Batin Mangunang dan pengikutnya. Perangkap itu memang berhasil, namun disinilah akhir dari sejarah Batin Mangunang.

Baca Juga : Sejarah Kabupaten Lampung Selatan di Pintu Gerbang Sumatera

Ketika momen peringatan Hari Pahlawan di tahun 2015, Pemprov Lampung memberi gelar pahlawan kepada Batin Mangunang. Nama Batin Mangunang dijadikan sebagai nama jalan di daerah Segala Mider dan nama Rumah Sakit Tanggamus. Kisah mengenai sejarah Batin Mangunang ini tentunya menjadi pelajaran berharga, khususnya bagi masyarakat Lampung.