Jika bicara mengenai olahraga bela diri asli Indonesia, tentu semua orang kompak menjawab pencak silat. Sama halnya seperti taekwondo milik Korea Selatan, karate milik Jepang dan kungfu milik China, pencak silat begitu membawa ciri khas Nusantara. Namun ternyata di Indonesia sendiri ada banyak aliran pencak silat sesuai tradisi budaya setempat. Salah satunya yang begitu indah dan gagah dipandang adalah pincak khakot.
Dalam ejaan bahasa Indonesia, khakot biasanya dibaca menjadi rakot. Namun masyarakat Lampung sendiri justru kerap menyebutnya sebagai ghakot sehingga sering dikenal sebagai pincak ghakot pula. Bahkan menurut sastrawan Udo Z Karzi, seni bela diri ini justru disebut sebagai tari rakot dalam salah satu lirik lagu Sang Bumi Ruwa Jurai.
Dengan berbagai sebutan yang ada, olahraga bela diri ini juga turut berjuang mempertahankan eksistensinya dalam dunia modern. Bahkan tak bisa dipungkiri kalau saat ini banyak generasi muda Lampung dan mungkin anak-anak Indonesia pada umumnya perlahan tidak pengenal seni khakot. Nah, supaya bisa melestarikan olahraga seni bela diri yang sangat luhur tersebut, ulasan berikut ini mungkin bisa sedikit membantu Anda.
Mendalami Asal-Muasal Seni Bela Diri Pincak Khakot
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, seni bela diri pincak khakot adalah sebuah tradisi budaya leluhur yang terinspirasi dari burung elang. Sang raja langit itu memang selalu dianggap sebagai simbol keperkasaan yang terhormat. Biasanya beberapa kali olahraga khakot diperlihatkan dengan pedang yang pastinya berpadu dengan kekuatan tenaga dalam para pendekar olahraga khakot.

Merupakan olahraga seni bela diri khusus laki-laki, bela diri khakot adalah pencak silat asli yang sudah diwariskan secara turun-temurun di kawasan Lamban Balak Kuripan. Dianggap juga sebagai rangkuman dasar pencak silat pada umumnya, yang menarik olahraga ini rupanya juga turut berakar dari budaya Pagaruyung (Minang) dan Melayu terutama lewat kata khakot.
Sekadar informasi, khakot bisa diartikan sebagai mempererat ikatan sehingga tradisi seni bela diri ini begitu disegani dan jadi kebanggaan masyarakat Lampung. Dalam informasi yang dilansir Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk mempelajari bela diri khakot cukup berat. Calon pendekar harus mempelajarinya selama tujuh malam berturut-turut setelah waktu ibadah sholat Isya.
Bela Diri Khakot Masuk dalam Warisan Budaya Lampung
Dalam perkembangannya, seni bela diri ini akhirnya ikut serta dalam berbagai prosesi adat. Semua tak lepas dari kebiasaan masyarakat Lampung pesisir (sub-etnis Saibatin) yang mengiringi pasangan pengantin, petinggi adat sampai tamu kehormatan dengan arak-arakan. Dan sebagai pembuka dari gerombolan arak-arakan yang ada di barisan terdepan adalah para ahli seni bela diri khakot yang juga kerap disebut pendekar.
Baca Juga : Tari Sigeh Pengunten Lampung, Tarian Penyambut Tamu Kehormatan
Demi melestarikan pincak khakot, Dendi Ramadhona selaku Bupati Pesawaran mendorong budaya seni tari sekaligus bela diri ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Lampung. Aksi Bupati Dendi ini rupanya diikuti kepastian masuknya bela diri khakot, dalam daftar 17 karya budaya yang resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional Provinsi Lampung.